Tanggal Lahir
s 3 Ag
Tanggal Wafat
ri 14 J
Biografi
Tak pernah berhenti dari kegiatan politik. Itulah kira- kira gambaran dari sosok KH M. Yusuf Hasyim, putra bungsu Hadratusyeikh KH Hasyim Asy'ari ini. Saat usianya sudah uzur, KH M. Yusuf Hasyim masih bersemangat dengan mendirikan Partai Kebangkitan Umat (PKU) di era reformasi dan menjadi ketua umumnya. PKU adalah salah satu peserta pemilihan umum (Pemilu) 1999.
Meskipun perolehan suara KPU dalam Pemilu tersebut kecil, siapa yang tidak kenal KH M. Yusuf Hasyim, tokoh Nahdlatul Ulama (NU) dan Pengasuhan Pondok Pesantren Tebuireng ini? Di masa perjuangan mempertahankan kemerdekaan bangsa ini, Yusuf muda sudah dikenal karena keberaniannya.
la adalah salah satu pemimpin Laskar Hizbullah, tentara pejuang bentukan para kiai NU di awal kemerdekaan. Sebelumnya ia sudah aktif berorganisasi waktu masih sekolah, bergabung dengan Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU). Setelah Hizbullah bubar, ia masuk Tentara Nasional Indonesia (TNI), namun tidak lama, karena ia kemudian keluar dengan pangkat terakhir Letnan Satu.
Di awal masa Orde Baru, Pak Ud, sapaan akrab KH Yusuf Hasyim, dikenal sebagai tokoh anti komunikasi, yang gigih melawan Partai Komunis Indonesia (PKI). Sebagai Komandan Banser (Barisan Serbaguna) NU, ia adalah salah satu motor perlawanan terhadap PKI.
Masyarakat kemudian mengetahui KH Yusuf menjadi anggota DPR RI dari Fraksi Utusan Daerah. Pendiriannya tegas, suara lantang pula dan ia pun disejajarkan dengan para politisi elite saat itu seperti KH Idham Cholid, Amir Murtono, Ali Murtopo, dan Amir Machmud.
Karena itulah ketika tersiar kabar bahwa KH Yusuf Hasyim wafat pada Minggu, 14 Januari 207 akibat gangguan pernafasan dan pencernaan, banyak orang kaget dan berduka. Ribuan orang, termasuk para pejabat dan tokoh Jawa Timur serta nasional, Berdatangan ke Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jombang, Untuk ikut melepaskan sang kiai terkemuka itu ke pemakaman. Tokoh tersebut wafat pada usia 77 tahun setelah dirawat di ICU Graha Amerta RSUD Dr Soetomo sejak 2 Januari 2007.
"Warga NU dan Indonesia sangat kehilangan Pak Ud. Warga NU sangat kehilangan karena tinggal beliau satu-satunya keturunan Hadrarusyeikh KH Hasyim Asy'ari. Indonesia juga kehilangan karena beliau sangat peduli masalah-masalah keIndonesiaan," kata Ketua Umum PBNU KH. Hasyim Muzadi.
Kiai Hasyim menuturkan dirinya bisa merasakan benar semangat perjuangan KH Yusuf Hasyim, yang pada 1960-an sudah menjadi pimpinan Gerakan Pemuda Ansor, organisasi pemuda bentukan para kiai NU. Pada saat itu, Hasyim Muzadi adalah seorang pemuda yang baru tahap awal menjadi anggota Ansor. "Saya merasakan betul semangat jihadnya yang sangat besar," kata Hasyim Muzadi.
Sholihin Hidayat, mantan Pemimpin Redaksi Jawa Pos, menyebut Kyai Yusuf Hasyim sejak kecil dikenal sebagai orang yang suka bergaul dengan siapa saja dan komunitas mana saja. Saking senangnya kumpul- kumpul dengan banyak orang, hari-hari di masa kecil hingga remaja banyak dihabiskan di luar rumah, bergabung dengan berbagai kegiatan, mulai sepak bola, main music dan kepanduan. Oleh teman-teman sebayanya, Pak Ud dikenal sebagai sosok yang terampil memimpin. Keberaniannya tidak hanya secara fisik, tetapi juga konseptual.
Di kalangan keluarga, menurut Sholihin, sosok Pak Ud punya kebiasaan yang berbeda dengan saudara-saudaranya. Sejak kecil ia tertarik mempelajari perkembangan masyarakat. Karena itu, di kamar pribadinya lebih banyak terlihat tumpukan buku, surat kabar dan kliping- kliping tulisan dan berita daripada kitab kuning yang umumnya menjadi bacaan favorit keluarga kiai.
Dengan latar belakang kehidupan seperti itu, masuk akal bila Kyai Yusuf Hasyim seperti tak pernah berhenti berkiprah dalam perjuangan bangsanya. la dengan senang hati membantu berbagai organisasi, seperti di Ikatan Cendekiawan Muslim Se-Indonesia, di mana ia adalah anggota dewan pakar. Bagi Pak Ud, berjuang untuk menegakkan kebenaran dan keadilan memang tidak pernah surut, apalagi berhenti.
Ketika kegiatan politiknya surut, ia menggesernya kearah sumbangan pemikiran ditanah politik nasional. Pada masa Orba, misalnya, ia pernah menantang gagasan memasukkan pesantren ke dalam GBHN. Alasannya, jika pondok pesantren dimasukkan GBHN maka kemandirian pesantren yang selama ini sudah berjalan baik akan hilang. "Itulah yang membuat saya tidak setuju pesantren masuk GBHN.," katanya.
Dalam pandangan Kyai Yusuf Hasyim, sekarang ini sudah sangat banyak pondok pesantren yang maju dan berkembang pesat dan dikelola dengan manajemen modern dan mampu memberikan sumbangan besar bagi kemajuan bangsa ini. "Kunci kemajuan pondok pesantren adalah pengelolanya," katanya.
Pondok pesantren Tebu Ireng yang lama dipimpinnya, sebelum diserahkan kepada keponakannya Ir KH Shalahuddin Wahid, juga berjalan seiring kemajuan zaman. Pondok ini memiliki ribuan santri dari daerah- daerah seluruh Indonesia. Dan tentu saja dikelola secara modern.
Tebuireng juga memiliki sekolah umum mulai setingkat SMP hingga perguruan tinggi (Universitas Hasyim Asy'ari). Itu berarti keberadaan pondok pesantren tidak kalah dengan institusi pendidikan umum lainnya. Tetapi lebih dari itu, pondok pesantren juga memiliki kekuatan sosial dan telah terbukti mampu mandiri sepanjang masa.
KH Yusuf Hasyim ternyata juga punya jiwa seni. Ini terbukti ketika ia menanggapi positif tawaran para insane perfilman untuk ikut bermain dalam film "Walisongo", sebuah film bernuansa dakwah dan melibatkan banyak pemain figuran (kolosal). Dalam beberapa tahun terakhir sebelum wafatnya, Kiai Yusuf memang lebih banyak berdiam diri. Namun pikiran dan perhatiannya tetap tinggi pada kehidupan bebangsa. Bukan sekedar berwawancara tetapi juga sesekali turun memberi sumbangan pemikiran ketika melihat persoalan penting sedang dihadapi bangsa ini. la juga masih keras suaranya ketika melihat hal-hal yang tidak disetujuinya.
Ketika bisnis koin emas Goldquest berencana mengeluarkan edisi koin bergambar KH Hasyim Asy'ari pada 2004, Kyai Yusuf Hasyim melancarkan protes keras keras karena menganggap perusahaan itu melecehkan ayahnya. Apalagi Goldquest tidak minta izin kepada dirinya sebagai anaknya. Kiai Yusuf tetap pada pendiriannya itu meskipun KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), yang juga keponakannya, justru mendukung langkah Goldquest. Perusahaan tersebut akhirnya membatalkan rencana penerbitan koin emas bergambar Kiai Hasyim Asy'ari.
Terakhir kita melihat upaya Yusuf Hasyim mendatangi Mahkamah Konstitusi untuk menyampaikan gagasan agar membatalkan lembaga KKR (Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi). Menurut Yusuf Hasyim, KKR hanya akan menjadi pembenar bagi mantan anggota PKI untuk kembali aktif dan kegiatan politik praktis. "Padahal OKI telah nyata-nyata akan membawa bangsa ini ke arah komunisme yang ia yakini akan menghancurkan bangsa," katanya.
Dari istrinya Siti Bariyah, KH Yusuf Hasyim dikaruniai lima anak, masing-masing adalah Muthia F. Muhammad Reza, Nurul Hayati, Muhammad Irfan, dan Nurul Ami.[]