Tanggal Lahir
24 September 1966
Tanggal Wafat
-
Biografi
Muhaimin Iskandar saat ini adalah bagian dari generasi muda yang jelas dapat dibanggakan masyarakatnya. Lahir di Jombang pada 24 September 1966, Muhaimin kecil bersekolah hingga lulusan di Madrasah Tsanawiyah (Mts) Negeri Denanyar pada 1982, kemudian belajar di Madrasah Aliyah Negeri 1 Yogyakarta, sebelum akhirnya kuliah di Fisipol Universitas Gadjah Mada (UGM) hingga lulus pada 1992. Gelar pasca sarjananya diperoleh di Universitas Indonesia.
Kesukaannya belajar dan berorganisasi menjadikannya sebagai anak yang menonjol. Di saat dirinya masih sekolah di Aliyah, ia sudah diperbantukan mengajar di Ponpes Denanyar, Jombang. Semasa kuliah di UGM, Muhaimin bekerja sebagai Sekretaris Lembaga Kajian Islam dan Sosial Yogyakarta. Begitu lulus, ia dipercaya sebagai Kepala Litbang Tabloid Detik, sebuah mingguan di Jakarta yang sangat populer saat itu, sebelum akhirnya terjun ke politik di era reformasi dengan bergabung Partai Kebgankitan Bangsa (PKB). Sejak 1999 Muhaimin sudah menjadi anggota DPR dari PKB.
Semua itu kiranya bukan hal yang aneh bila mengingat cukup luas. Pada tahun 1989, misalnya, ia telah terpilih sebagai Ketua Korps Mahasiswa Jurusan Ilmu Sosial Yogyakarta, dan tahun berikutnya menjadi anggota Badan Perwakilan Mahasiswa Fisip UGM. la juga menjadi Ketua Umum PMII Komisariat UGM (1990-1991), kemudian Ketua Umum PMII Cabang Yogyakarta (1991-1912), Setelah pindah ke Jakarta, ia menjadi Kepala Divisi Kajian Lembaga Pendapat Umum Jakarta (1992), Ketua Umum Pengurus Besar PMII (1994-1997), sebelum terpilih sebagai Sekretaris Jenderal DPP PKB (1998-2000) dan kemudian Ketua DPP PKB (2000-2005).
Muktamar II PKB Semarang
Karir suami Rustini Murtadho yang dianugerahi seorang anak ini makin bersinar setelah ia terpilih menjadi Ketua Umum Dewan Tanfidz DPP PKB periode 2005-2010 secara aklamasi dalam Muktamar II PKB di Semarang pada 19 April 2005. Muhaimin menjadi satu-satunya calon ketua Umum Dewan Tanfidz karena calon lainnya mengundurkan diri, memperoleh suara 304 dari 382 kertas suara.
Namun tanda-tanda adanya ketidakpuasan sudah terlihat sejak awal. Tiga calon ketua umum yang telah menyatakan mengundurkan diri ternyata tetap mendapatkan suara, yakni Syaifullah Yusuf 26 suara, Ali Masykur Musa 27 suara, dan Mahfud MD 2 suara. Sepuluh suara abstain, sehingga total suara yang terhitung adalah 369 suara, sementara sisanya, 13 suara lainnya dihitung hilang oleh pimpinan sidang Arifin Junaedi.
Ketika siding dibuka, terdapat 31 DPW serta DPC sehingga total suara adalah 433. Tetapi ternyata dalam pemungutan suara berkurang menjadi 382 suara. Sesaat setelah pemungutan suara usai pimpinan siding meminta kesediaan Muhaimin Iskandar maju ke podium untuk menyatakan kesediaannya secara lisan. "Saya mengucapkan beribu terima kasih atas dukungan teman-teman DPW dan DPC. Tidak ada pilihan kecuali menerima dan bersedia dengan niat mengabdi kepada bangsa dan Negara," ucapnya.
Sesuai dengan tata tertib (tatib) pemilihan Ketua Umum Dewan Tanfidz, meski sudah mendapatkan suara terbanyak dari DPW dan DPC, calon juga harus mendapatkan persetujuan dari Ketua Umum Dewan Syuro terpilih yakni KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Secara lisan Gus Dur menyatakan persetujuannya, terhadap pencalonan keponakannya itu.
Akhirnya karena Muhaimin merupakan calon tunggal, sesuai tatib, calon tunggal dinyatakan terpilih secara aklamasi. Maka pimpinan siding menanyakan kepada peserta apakah menyetujui Muhaimin, Muktamirin serentak menjawab setuju. Hal ini langsung disambut gembira oleh para pendukung Muhaimin. Dan seiring dengan diketuknya palu, maka Muhaimin terpilih secara sah sebagai Ketua Umum Dewan Tanfidz.
Dalam susunan pengurus DPP PKB, Ketua Umum Dewan Syuro KH Abdurrahman Wahid didampingi tiga ketua, yaitu HZ Arifin Junaidi, KH Hamdun Ahmad, dan Sugiat Ahmad Sumadi. Sekretaris Dewan Syuro H Muhyidin Arabusman dengan Wakil Sekretaris KH Aminullah Muhtamar dan Badriyah Fayumi.
Di jajaran Ketua Tanfidz ada Lalu Misbah Hidayat, Andi M Ramli, Effendy, Choirie, Maria Pakpahan, Maria Ulfa Abshori, Rosehan, dan Nursyahbani Katjasungkana. Kedudukan sekretaris jenderal dipercayakan kepada Muhammad Lukman Edy MSi, sedangkan putri Gus Dur, Zunnuba Arifah, menjadi salah satu wakil sekjen bersama Helmy Faisal, Imam Nahrawi, dan Rieke Dyah Pitaloka.
Hasil Muktamar II PKB di Semarang tersebut ditentang keras oleh kelompok Alwi Shiha dan Saifullah Yusuf. Mereka memandang Muktar "tandingan" di Surabaya, kelompok itu memilih KH Abdurrahman Chudori sebagai Ketua Dewan Syuro dan Drs H. Choirul Anam sebagai Ketua Dewan Tanfidz. Namun dalam konflik yang berujung ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan itu, kelompil Alwi Shihab dan Saifullah Yusuf kalah. PN Jakarta Selatan memutuskan pada Agustus 2005 bahwa DPP PKB pimpinan Muhaimin adalah PKB yang sah. Mahkamah Agung mengukuhkan keputusan tersebut.
Mencoba Berdamai
Meskipun sudah di atas angin, Muhaimin jelas belum bisa tenang. Hal itu karena adanya sejumlah kiai berpengaruh yang mendukung kubu Alwi Shihab-Syaifullah Yusuf. Oleh sebab itu, jauh-jauh hari kubu Muhaimin berusaha merangkul para kiai terkemuka yang populer dengan Forum Langitan,
"Kami akan mendekati para kiai untuk bersama-sama lagi membesarkan PKB," kata Muhaimin kepada pers setelah Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, 10 Agustus lalu, memenangkannya la menyebutkan, dirinya memperlakukan penentangannya dengan dua model. Untuk kalangan kiai, Muhaimin akan proaktif mendekati, sowan. Kenapa para penentang kai, ia akan bersikap pasif. Kalau kubu Alwi mau gabung silahkan, mau pisah, ya, monggo kerso”.
Menurut Ansyori S. Karni, dan Mujib Rahman dalam laporannya di Gatra, wajar belaka bila Muhaimin mengistimewakan kiai. Karena merekalah simpul-simpul pengikat konstituen PKB yang mayoritas kaum santri tradisional. Repotnya, setelah keputusan PN Jakarta Selatan, Forum Langitan tampak masih menumpang Alwi-Saiful. Sebagian kiai menyambut dingin ajakan Muhaimin. "Saya tidak tertarik mengomentari ajakan Muhaimin," kata KH Anwar Iskandar, pengasuh Pesantren Jamsaren Kediri, yang kerap menjadi juru bicara Forum Langitan.
Ternyata hal itu bukan sikap Kiai Anwar, yang juga Ketua Dewan Syuro PKB Jawa Timur. Itu terlihat dari pertemuan para kiai senior di rumah KH Abdullah Faqih, pengasuh Pesantren Langitan, Tuban. Pertemuan dua jam itu dihadiri para kiai terkemuka Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jakarta.
Meskipun tertutup, tidak sulit mengetahui hasil pembicaraannya. Usai pertemuan, KH Anwar Iskandar mengucapkan, pertemuan itu menghasilkan ikrar solid para kiai. Mereka menyatakan tetap mendukung Alwi-Saiful. Benarkah hal itu akan terus berlanjut? Muhammad Asfar pengamat politik dari Universitas Airlangga Surabaya, tidak yakin.
"Saya rasa, itu bukan harga mati," kata Asfar. "Kiai-kiai itu kan sifatnya pemaaf. Yang penting, bagaimana mendekati dan melakukan bargaining dengan baik." Kalau kiai berhasil diyakinkan, menurut Asfar, Anam dan PKB Jawa Timur akan manut kyai.
Suara PKB Jawa Timur, Kata Anfar, tergantung sikap Muhaimin. Kemenangannya di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan merupakan poin bagus. Resistensi di kalangan Fraksi PKB bias mengecil. "Kalau menang lagi MA, Resistensi terhadapnya lebih kecil lagi," Anfar menambahkan.
Belum diketahui langkah apalagi yang akan ditempuh dirinya meskipun Mahkamah Agung telah mengukuhkan dirinya sebagai pimpinan PKB yang sah. Yang jelas, Muhaimin adalah sosok cerdas yang akan selalu mencari jalan.[]