Para petani bersemangat mengikuti kegiatan penyuluhan

Pengendalian hayati adalah teknologi / rekayasa pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT) dengan menggunakan musuh alami atau agensia pengendali hayati. Organisme pengganggu tumbuhan (OPT) adalah semua organisme dari jenis hama maupun penyakit yang dapat merusak dan menurunkan hasil produksi sehingga meninmbulkan kerugian secara ekonomi pada tanaman yang dibudidayakan.

Penggunaan agensia pengendali hayati (APH) menjadi salah satu metode yang ampuh untuk mengatasi serangan hama dan penyakit di lahan pertanian. Pasti banyak yang bertanya apa itu agensia hayati? Agensia hayati merupakan sarana pengendalian OPT yang sebenarnya telah tersedia di suatu ekosistem, tetapi seringkali keberadaannya pada tingkat yang tidak memadai. Hal ini menyebabkan populasi OPT cenderung semakin meningkat. Ketersediaan agens pengendali hayati yang memadai pada suatu ekositem, sangat menentukan keberhasilan pengendalian OPT. Oleh karena itu, maka perlu dilakukan pengembangan agensia hayati baik ditingkat petani maupun ditingkat laboratorium, sehingga keseimbangan dalam ekosistem dapat terjaga dan hasil produksi diharapkan dapat meningkat.

Agensia hayati identik sebagai musuh alami yaitu organisme hidup dari golongan invertebrata yang dapat menimbulkan sakit, merusak, memangsa, menghambat dan mematikan organisme lain (hama penyakit) tanaman dan ada campur tangan manusia dalam hal (pengembangan, penyediaan dan pelepasan ) kembali ke lapangan. Ada 4 golongan agensia hayati, yaitu :

  1. Predator, adalah binatang yang memburu dan memakan atau menghisap cairan tubuh mangsanya. Contoh : laba-laba, kumbang kubah.
  2. Parasitoid, adalah serangga yang hidup sebagai parasit pada atau di dalam serangga lainnya (serangga inang) hanya selama masa pra dewasa (masa larva). Contoh : Trichogramma sp, Lalat Tachinid, Tawon Bracon.
  3. Pathogen serangga, adalah mikroorganisme yang menyebabkan infeksi dan menimbulkan penyakit terhadap OPT, secara spesifik mikroorganisme yang dapat menimbulkan penyakit pada serangga, yang terdiri dari cendawan, bakteri dan virus. Contoh : dari golongan cendawan Beauveria bassiana dan Metarhizium anisopliae.
  4. Agens antagonis, adalah mikroorganisme yang mengintervensi / menghambat pertumbuhan pathogen penyebab penyakit pada tumbuhan. Contoh : dari golongan cendawan Tricoderma spp. Dan dari golongan bakteri Pseudomonas fluorescens.

Kelebihan agensia pengendali hayati (APH) antara lain :

  1. Tingkat keberhasilan pengendalian hama yang tinggi dengan biaya yang rendah dalam periode waktu yang lama.
  2. Agens pengendalian hayati aktif mencari inang atau mangsanya, tumbuh dan berkembang mengikuti dinamika populasi inang atau mangsanya. 
  3. Pengendalian hayati tidak berpengaruh negatif terhadap manusia dan lingkungan. 
  4. Beberapa tipe agens pengendalian hayati dapat digunakan sebagai insektisida hayati.
  5. Umumnya spesies hama tidak mampu berkembang menjadi resisten terhadap agens pengendalian hayati.

Oleh karena itu, materi terkait pengendalian hayati dan pengenalan agensia pengendali hayati ini penting untuk bisa disampaikan kepada pelaku utama. Termasuk saat ini yaitu disampaikan kepada peserta sekolah lapang program IPDMIP. Program IPDMIP di Kabupaten Jombang khususnya Dinas Pertanian mempunyai tujuan diantaranya untuk meningkatkan sumber daya manusia pertanian. Dalam rangka turut mewujudkan program Pemerintah Kabupaten Jombang yaitu Petani yang berkarakter dan berdaya saing (BERKADANG). Berupa SDM Petani yang memiliki pola pikir / berwawasan keseimbangan agroekosistem untuk mendapatkan hasil produksi yang bagus dari segi kualitas dan kuantitas.

Pada kegiatan sekolah lapang hari Selasa 7 Juni 2022 di Poktan Kambingan dikenalkan materi Pengendalian Hayati. Materi ini dipilih agar petani bisa menghasilkan produk pertanian yang aman untuk dikonsumsi. Selain itu juga aman bagi lingkungan demi menjaga keseimbangan agroekosistem dan berkelanjutan. Materi ini disampaikan oleh Saudara Aris Cahyono pendamping program IPDMIP Kecamatan Ngusikan. Dan untuk kegiatan praktek perbanyakan APH dipandu oleh Tim Penyuluh dari BPP Ngusikan.

Contoh Agensia Hayati dan Manfaatnya

  1. Jamur Trichoderma sp

Jamur ini dapat mengendalikan penyakit layu atau bercak daun yang biasa meyerang tanaman pangan dan hortikultura. Trichoderma sp bersifat antagonis terhadap beberapa patogen tular tanah seperti Fusarium moniliforme dan Sclerotium rolfsii. Trichoderma sp juga mempunyai kemampuan sebagai dekomposer dalam pembuatan pupuk organik.

  1. Beauveria bassiana

Beauveria bassiana merupakan cendawan entomopatogen yaitu cendawan yang dapat menimbulkan penyakit pada serangga. Lebih dari 175 jenis serangga hama menjadi inang jamur ini. Terutama efektif mengendalikan hama walang sangit (Leptocorisa oratorius) dan wereng batang coklat (Nilaparvata lugens) pada tanaman padi serta hama kutu (Aphis sp.) pada tanaman sayuran dan buah.

METODE PERBANYAKAN APH

Secara umum perbanyakan APH dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu menggunakan media padat untuk golongan jamur dan media cair untuk golongan jamur dan bakteri.

Cara pembuatan dengan Media Padat:

  1. Rendam jagung cacah/slep kasar; 
  2. Tiriskan beberapa saat dan masukkan ke dalam plasti; 
  3. Kukus jagung hasil rendaman; 
  4. Setelah matang angkat dan dinginkan;
  5.  Setelah dingin berikan isolate Trichoderma dan campur/aduk sampai homogen; 
  6. Untuk mendapatkan hasil yang sempurna biarkan campuran tersebut selama satu minggu ditempat yang teduh dan tidak terkena sinar matahari.

PERBANYAKAN JAMUR/BAKTERI APH MENGGUNAKAN MEDIA CAIR

Pembuatan Ekstrak Kentang Gula (EKG) Sebagai Media Pembiakan

Alat Dan Bahan :

  • Air Bersih 18-20 liter
  • Kentang 6 kg
  • Gula pasir 500 gr
  • Kompor, Panci Besar, Pisau

Cara Pembuatan EKG :

  • Kupas kentang, potong-potong dadu ukuran kira-kira 1 x 1 cm & cuci sampai bersih.
  • Rebus dengan air 18-20 liter, sampai kentang benar-benar lunak.
  • Saring/ pisahkan antara potongan kentang
  • dengan air rebusan kentang.
  • EKG jadi & siap untuk jadi media pembiakan agen hayati.
Para petani membuat Ekstrak Kentang Gula/EKG sebagai media biak APH

Proses Pembiakan Trichoderma:

Peralatan yang dibutuhkan :

  • Botol air mineral 600ml (3 buah)
  • Selang aquarium (2 m)
  • Air pump
  • Galon air mineral/ Jerigen
  • Glasswoll
  • Lem
  • Solder untuk melubangi tutup botol

Bahan yang dibutuhkan :

  • Bahan yang dibutuhkan
  • Isolat Trichoderma (1 isolat untuk 5 lt EKG)
  • EKG (Ekstrak Kentang Gula)
  • PK
  • Alkohol 75% untuk sterilisasi alat
  • Air secukupnya

Cara pembiakan:

  1. Pasang alat-alat sesuai skema urutan dan hubungkan dengan masing-masing alat dengan selang secara rapat (di lem). 
  2. Isi botol pertama dengan larutan PK, ¾ tinggi botol (1 ujung sendok teh PK larutkan dengan 1 lt air).
  3.  Isi botol kedua dengan glasswoll.
  4. Isi galon/ jerigen dengan EKG (Ekstrak Kentang Gula). Sebaiknya memasukkan EKG dalam kondisi panas untuk sterilisasi galon/ jerigen. 
  5. Setelah EKG di jerigen dingin, masukkan isolat Tricho/ Bakteri Merah. 
  6. Isi botol ketiga dengan air bersih untuk kontrol. 
  7. Tutup rapat semua botol & jerigen. 
  8. Nyalakan air pump & fermentasi selama kurleb 21 hari.
  9. Indikator keberhasilannya yaitu jika larutan EKG yang telah ditambahkan isolat Trichoderma beraroma agak asam (khas fermentasi). Kerapatan spora minimal untuk jenis fungi yaitu 10 pangkat 7. (perlu uji lab kerapatan spora).
PPL menjelaskan prosedur perbanyakan APH

Sedangkan untuk pembiakan Beauveria bassiana menggunakan isolate Beauveria bassiana. Untuk prosesnya sama persis dengan proses pembiakan Trichoderma. Demikian pula dengan alat dan bahan yang dibutuhkan juga sama persis. 

Demikian rangkaian kegiatan sekolah lapang di Poktan Kambingan. Semoga bisa meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta.

Penulis : Deny Murtanti, SP./PPL BPP Ngusikan